Senin, 17 Oktober 2016

Sepintas tentang Majas

Materi pelajaran Bahasa Indonesia yang terdapat pada kurikulum yang lama maupun baru sangatlah banyak, salah satunya ialah materi majas. Majas merupakan materi yang cukup sering dibahas mulai dari jenjang pendidikan SD, SMP, hingga tingkat SMA/SMK.

Pengertian majas adalah bahasa indah yang digunakan untuk mempercantik susunan kalimat yang tujuan akhirnya ialah untuk memeroleh efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya, baik secara lisan maupun tertulis. Perihal istilah majas dalam pelajaran Bahasa Indonesia memang cukup banyak, seperti yang terdapat dalam puisi, pantun, dan karya sastra ataupun karya tulis lainnya.

Selain itu, ada pengertian atau definisi lain yang menggambarkan tentang majas, yakni pemanfaatan gaya bahasa untuk memeroleh nuansa tertentu sehingga menciptakan kesan kata- kata yang lebih imajinatif.

Berbicara tentang contoh macam-macam majas seperti, Metafora, Personifikasi, Hiperbola, Alegori dan lain-lain adalah hal penting bagi Anda yang ingin mempelajari lebih jauh salah satu materi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Gaya bahasa yang baik dan menarik tentunya akan membuat setiap pembacanya merasa tertarik untuk menyimaknya, bahkan sampai berulang kali.


Penggunaan majas yang baik dalam membuat sebuah puisi ataupun cerita menjadi syarat mutlak apakah tulisan tersebut menarik atau tidak. Oleh karena itu juga, kemampuan yang baik dalam berbahasa mutlak diperlukan bagi Anda yang ingin mendalami dunia penulisan, entah itu novel, puisi, ataupun pantun. Jadi perbanyaklah merangkai beragam susunan bahasa dalam pikiran dan tulisan Anda di buku setiap harinya supaya otak Anda semakin terlatih untuk membuat majas dengan gaya yang menarik. Sesuai dengan tema tertentu. 


Majas/gaya bahasa dikelompokkan menjadi 4 kategori al: Perbandingan, sindiran, penegasan, pertentangan

Majas perbandingan:
ž Metafora
ž Personifikasi
ž Asosiasi
ž Alegori
ž Simbolik
ž Tropen
ž Metonemia
ž Litotes                           
ž Sinekdoke: pars prototo,  totem proparte

METAFORA: Membandingkan suatu obyek/benda dengan benda lain secara langsung.
Contoh:
Pemuda adalah tulang punggung  negara

PERSONIFIKASI: Benda mati digambarkan memiliki sifat dan perbuatan seperti manusia.
Contoh:
Bulan tersenyum menyaksikan kebahagiaan kedua mempelai.

ASOSIASI: Memberikan perbandingan antara suatu benda yang sudah disebutkan.
Contoh:
Semangatnya keras bagai baja.

ALEGORI: memperlihatkan perbandingan utuh/beberapa perbandingan yang bertaut satu dengan yang lain membentuk satu kesatuan utuh.
Contoh:
“Hati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu, mengarungi lautan penuh bahaya, batu karang, gelombang, topan, dan badai.

SIMILE:
Pengungkapan maksud dengan membandingkan  secara eksplisit biasanya dinyatakan dengan kata depan, penghubung “seperti, bagai, layaknya  dsb.
Contoh: Kau umpama air aku bagaikan minyaknya, bagaikan Qais dan Lalia yang dimabuk cinta berkorban apa saya.

SIMBOLIK:
Gaya bahasa kias yang melukiskan suatu keadaan dengan mempergunakan benda-benda lainsebagai simbul atau perlambang
Contoh:
ž Bunglon, lambang orang yang tidak berpendirian.
ž Kekasih, lambang Tuhan

TROPEN:
Kiasan yang mempergunakan kata-kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksud.
Contoh:
ž Besok Bapak Presiden akan terbang ke Kaltim.
ž Dia duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya.

METONEMIA:
Gaya bahasa yang mengasosiasikan dengan nama merk suatu benda yang sangat dikenal/ciri suatu obyek
Contoh:
ž Dia datang memakai Kijang (merek mobil bukan nama binatang)

LITOTES:
Cara mengungkapkan suatu dengan maksud merendahkan diri
Contoh:
ž Terimalah barang tidak berharga ini sebagai tanda mata dari saya.

SINEKDOKE:
Cara mengungkapkan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagiannya saja atau sebaliknya.
Menyatakan sebagian untuk keseluruhan (pars pro toto)
Contoh:
          Untuk dapat melihat pertunjukan itu, setiap kepala diharuskan membayar            Rp.50.000.
Menyatakan keseluruhan untuk sebagian (totem pro parte)
Contoh :
       Dalam pertandingan Bola, SMAN 1 berhasil mengalahkan SMAN 2,                        dengan skor 3-0.

EPONIM:
Cara melukiskan sesuatu dengan mengambil sifat yang dimiliki oleh nama-nama yang telah dikenal.
Contoh:
ž Lihatlah Srikandi-Srikandi yang sedang berlatih gerak jalan.

HIPERBOLA:
Cara mengungkapkan sesuatu dengan berlebihan
Contoh:
ž Keringatnya menganak sungai.
ž Suaranya menggelegar membelah angkasa.

EUFIMISME:
 Mengungkapkan pikiran/perasaan dengan kata-kata  yang baik agar tidak menyinggung perasaan orang lain. (ungkapan penghalus)
ž Pramuniga harus ramah dalam menyambut konsumen. (Pelayan toko).
ž Sekarang ada sekolah khusus untuk tuna rungu. (tuli).

ALUSIO:
Penyampaian maksud secara kias dan hanya sebagian karena masyarakat dianggap sudah tahu.
Contoh:
Jangan begitu, sudah gaharu cendana pula.
Sudah selayaknya dalam setiap usaha kita harus berakit-rakit ke hulu.

ANTONOMASIA/ANTONEMIA:
Menyebut ciri fisik seseorang untuk dipakai sebagai nama panggilan.
Contoh:
ž Si Gemuk itu selalu rajin ke masjid.
Si Jangkung tidak akan pernah lupa atas kebaikan yang diberikan oleh temannya

PERIFRASIS:
Gaya bahasa penguraian. Sepatah kata diganti dengan serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan.
ž Contoh:
ž Pagi-pagi berangkatlah kami. diuraikan menjadi
          Ketika Sang Surya keluar dari peraduannya, berangkatlah kami.

MAJAS SINDIRAN:
      Ironi, sinisme, sarkasme

IRONI:
cara menyindir dengan mengatakan yang sebaliknya.
Contoh:
Wah pintar memang kau, mengerjakan soal semudah itu tidak ada yang benar

 LITOTES:
Gaya bahasa untuk tujuan merendahkan hati.
Contoh:
ž Rumah yang buruk inilah yang merupakan hasil usaha kami bertahun-tahun.
ž Kedudukan saya di sini sama sekali tak berarti.

SINISME:
Gaya bahasa sindiran maknanya lebih kasar daripada ironi
Contoh:
ž Muntah aku melihat peringaimu yang tak juga pernah berubah ini.

SARKASME:
Sindiran/ejekan dengan kata-kata yang kasar.
Contoh:
ž Tulikah kamu dipanggil sejak tadi tidak datang juga.
Majas Penegasan:

ž Pleonasme*
ž Repetisi*
ž Paralelisme*
ž Klimaks*
ž Antiklimaks*
ž Tautologi
ž Inversi*
ž Elipsis
ž Retoris*
ž Koreksio*
ž Asindenton
ž Polisindenton
ž Interupsi
ž Eksklamasio
ž Enumerasio
ž Preterito

PLEONASME:
Cara memperjelas maksud dengan menggunakan kata berlebihan
Contoh:
ž Benar, peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
ž Dengan cepatnya pesawat itu terbang ke angkasa meninggalkan landasan.

REPETISI:
Cara memperkuat makna/maksud dengan mengulang kata/bagian kalimat yang maksudnya hendak diperkuat.
Contoh:
Untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal jangan kau lupakan ialah belajar, belajar, dan belajar.

PARALELISME: (ANAFORA DAN EPIFORA)
Pengulangan kata dengan maksud mempertegas makna. Pengulangan kata berada di awal kalimat (anafora) atau akhir kalimat (epifora). Biasanya dipakai dalam bait-bait puisi
Contoh anafora:
Junjunganku,
Apatah kekal
Apatah tetap
 Apatah tak bersalin rup
 Apatah boga sepanjang masa

Contoh epifora
        Kalau kau mau, aku akan datang.
       Jika kau kehendaki , aku akan datang Jika kau minta, aku akan datang.

KLIMAKS:
Gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat
Contoh:
          Bukan hanya beratus, beribu, malah berjuta orang yang telah menderita akibat peperangan.

ANTIKLIMAKS:
Gaya bahasa yang mengandung gagasan dari urutan terpenting menuju gagasan yang kurang penting.
Contoh:
          Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, dan kini anaknya, semua tak luput dari penyakit keturunan itu.

TAUTOLOGI:
Mengulang beberapa kata yang bersinonim berturut-turut dalam sebuah kalimat.
          Contoh:
ž Kehendak dan keinginan kami ialah supaya ia menjadi orang yang berguna.
ž Tidak, tidak mungkin dia akan melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan nama baik keluarga.

INVERSI:
Predikat kalimat lebih dipentingkan daripada subyeknya.
Contoh:
ž Besar sekali gajinya.
ž Tak terkabul permintaannya.

RETORIS:
 Menggunakan kata tanya yang sebenarnya tidak perlu jawaban. (biasanya bersifat kesangsian/mengejek.
Contoh:
ž Mana mungkin orang mati hidup kembali?
ž Memang engkau mau dikatakan anak durhaka?

KOREKSIO:
Membetulkan kembali hal yang sudah diucapkan dengan sengaja/tidak.
Contoh:
ž Silakan pulang kawan-kawan, eh maaf silakan makan.
ž Ayah ada di dapur, ah bukan, di kamar mandi.

INTERUPSI:
Majas penegasan yang menggunakan sisipan kata/frasa di tengah-tengah kalimat pokok.
Contoh:
ž Tiba-tiba ia- suami itu- direbut oleh perempuan lain.
ž Aku- kalau bukan terpaksa- takkan mau melakukan pekerjaan ini.

ASINDENTON:
Beberapa hal/keadaan/benda disebut berturut-turut tanpa mempergunakan kata penghubung
Contoh:
ž Kain-kain, barang pecah belah, mainan anak-anak semua dijual di toko itu.

MAJAS PERTENTANGAN:
1. ž Paradoks
ž 2. Antitesis
ž 3. kontradiksio interminis
     4. anakronisme:

PARADOKS:
Majas yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada
Contoh:
ž Gajinya besar tetapi hidupnya melarat.
ž Dia kaya tetapi miskin.

ANTITESIS:
Menggunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh:
ž Tua muda, besar kecil, pria wanita hadir dalam pertunjukan itu.
ž Hidup, mati, senang susahnya akan dihadapi berdua.

KONTRADIKSIO INTERMINIS:
Menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan hal yang sudah diungkapkan semula.
Contoh:
ž Semua sudah hadir, kecuali Si Maman.

ž Di dalam kamar itu hening. Tiada seorang pun di antara kami yang berkata kata. Hanya jam diding yang berdetak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar