Materi pelajaran Bahasa Indonesia yang terdapat pada kurikulum
yang lama maupun baru sangatlah banyak, salah satunya ialah materi majas. Majas
merupakan materi yang cukup sering dibahas mulai dari jenjang pendidikan SD,
SMP, hingga tingkat SMA/SMK.
Pengertian majas adalah bahasa
indah yang digunakan untuk mempercantik susunan kalimat yang tujuan akhirnya
ialah untuk memeroleh efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi
penyimak atau pendengarnya, baik secara lisan maupun tertulis. Perihal istilah
majas dalam pelajaran Bahasa Indonesia memang cukup banyak, seperti yang
terdapat dalam puisi, pantun, dan karya sastra ataupun karya tulis lainnya.
Selain itu, ada pengertian atau definisi lain yang menggambarkan
tentang majas, yakni pemanfaatan gaya bahasa untuk memeroleh nuansa tertentu
sehingga menciptakan kesan kata- kata yang lebih imajinatif.
Berbicara tentang contoh macam-macam majas seperti, Metafora,
Personifikasi, Hiperbola, Alegori dan lain-lain adalah hal penting bagi Anda
yang ingin mempelajari lebih jauh salah satu materi dari mata pelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah. Gaya bahasa yang baik dan menarik tentunya akan
membuat setiap pembacanya merasa tertarik untuk menyimaknya, bahkan sampai
berulang kali.
Majas/gaya bahasa dikelompokkan
menjadi 4 kategori al: Perbandingan, sindiran, penegasan, pertentangan
Majas
perbandingan:
Metafora
Personifikasi
Asosiasi
Alegori
Simbolik
Tropen
Metonemia
Litotes
Sinekdoke: pars
prototo, totem
proparte
METAFORA: Membandingkan suatu obyek/benda dengan benda lain secara
langsung.
Contoh:
Pemuda
adalah tulang punggung negara
PERSONIFIKASI: Benda mati
digambarkan memiliki sifat dan perbuatan seperti manusia.
Contoh:
Bulan tersenyum
menyaksikan kebahagiaan kedua mempelai.
ASOSIASI: Memberikan
perbandingan antara suatu
benda yang sudah disebutkan.
Contoh:
Semangatnya
keras bagai baja.
ALEGORI: memperlihatkan
perbandingan utuh/beberapa perbandingan yang bertaut satu dengan yang lain
membentuk satu kesatuan utuh.
Contoh:
“Hati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu, mengarungi
lautan penuh bahaya, batu karang, gelombang, topan, dan badai.
SIMILE:
Pengungkapan maksud dengan membandingkan secara eksplisit biasanya dinyatakan dengan
kata depan, penghubung “seperti, bagai, layaknya dsb.
Contoh: Kau umpama air aku bagaikan minyaknya, bagaikan Qais dan Lalia
yang dimabuk cinta berkorban apa saya.
SIMBOLIK:
Gaya
bahasa kias yang melukiskan suatu keadaan dengan mempergunakan benda-benda lainsebagai
simbul atau perlambang
Contoh:
Bunglon, lambang
orang yang tidak berpendirian.
Kekasih, lambang
Tuhan
TROPEN:
Kiasan
yang mempergunakan kata-kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian
yang dimaksud.
Contoh:
Besok
Bapak Presiden akan terbang ke Kaltim.
Dia duduk
melamun, hanyut dibawa perasaannya.
METONEMIA:
Gaya
bahasa yang mengasosiasikan dengan nama merk suatu benda yang sangat
dikenal/ciri suatu obyek
Contoh:
Dia datang
memakai Kijang (merek mobil bukan nama binatang)
LITOTES:
Cara
mengungkapkan suatu dengan maksud merendahkan diri
Contoh:
Terimalah
barang tidak berharga ini sebagai tanda mata dari saya.
SINEKDOKE:
Cara
mengungkapkan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagiannya saja atau sebaliknya.
Menyatakan
sebagian untuk keseluruhan (pars pro toto)
Contoh:
Untuk dapat melihat pertunjukan itu,
setiap kepala diharuskan membayar Rp.50.000.
Menyatakan
keseluruhan untuk sebagian (totem pro parte)
Contoh :
Dalam pertandingan Bola, SMAN 1 berhasil
mengalahkan SMAN 2, dengan
skor 3-0.
EPONIM:
Cara
melukiskan sesuatu dengan mengambil sifat yang dimiliki oleh nama-nama yang
telah dikenal.
Contoh:
Lihatlah
Srikandi-Srikandi yang sedang berlatih gerak jalan.
HIPERBOLA:
Cara mengungkapkan
sesuatu dengan berlebihan
Contoh:
Keringatnya
menganak sungai.
Suaranya
menggelegar membelah angkasa.
EUFIMISME:
Mengungkapkan
pikiran/perasaan dengan kata-kata yang
baik agar tidak menyinggung perasaan orang lain. (ungkapan penghalus)
Pramuniga
harus ramah dalam menyambut konsumen. (Pelayan toko).
Sekarang
ada sekolah khusus untuk tuna rungu. (tuli).
ALUSIO:
Penyampaian
maksud secara kias dan hanya sebagian karena masyarakat dianggap sudah tahu.
Contoh:
Jangan begitu,
sudah gaharu cendana pula.
Sudah
selayaknya dalam setiap usaha kita harus berakit-rakit ke hulu.
ANTONOMASIA/ANTONEMIA:
Menyebut
ciri fisik seseorang untuk dipakai sebagai nama panggilan.
Contoh:
Si Gemuk
itu selalu rajin ke masjid.
Si
Jangkung tidak akan pernah lupa atas kebaikan yang diberikan oleh temannya
PERIFRASIS:
Gaya
bahasa penguraian. Sepatah kata diganti dengan serangkaian kata yang mengandung
arti yang sama dengan kata yang digantikan.
Contoh:
Pagi-pagi
berangkatlah kami. diuraikan menjadi
Ketika Sang Surya keluar dari
peraduannya, berangkatlah kami.
MAJAS SINDIRAN:
Ironi, sinisme, sarkasme
IRONI:
cara
menyindir dengan mengatakan yang sebaliknya.
Contoh:
Wah pintar
memang kau, mengerjakan soal semudah itu tidak ada yang benar
LITOTES:
Gaya
bahasa untuk tujuan merendahkan hati.
Contoh:
Rumah yang
buruk inilah yang merupakan hasil usaha kami bertahun-tahun.
Kedudukan
saya di sini sama sekali tak berarti.
SINISME:
Gaya
bahasa sindiran maknanya lebih kasar daripada ironi
Contoh:
Muntah aku
melihat peringaimu yang tak juga pernah berubah ini.
SARKASME:
Sindiran/ejekan
dengan kata-kata yang kasar.
Contoh:
Tulikah
kamu dipanggil sejak tadi tidak datang juga.
Majas Penegasan:
Pleonasme*
Repetisi*
Paralelisme*
Klimaks*
Antiklimaks*
Tautologi
Inversi*
Elipsis
Retoris*
Koreksio*
Asindenton
Polisindenton
Interupsi
Eksklamasio
Enumerasio
Preterito
PLEONASME:
Cara memperjelas
maksud dengan menggunakan kata berlebihan
Contoh:
Benar,
peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
Dengan
cepatnya pesawat itu terbang ke angkasa meninggalkan landasan.
REPETISI:
Cara memperkuat
makna/maksud dengan mengulang kata/bagian kalimat yang maksudnya hendak
diperkuat.
Contoh:
Untuk mencapai cita-citamu itu, satu
hal jangan kau lupakan ialah belajar, belajar, dan belajar.
PARALELISME: (ANAFORA DAN EPIFORA)
Pengulangan
kata dengan maksud mempertegas makna. Pengulangan kata berada di awal kalimat
(anafora) atau akhir kalimat (epifora). Biasanya dipakai dalam bait-bait puisi
Contoh
anafora:
Junjunganku,
Apatah
kekal
Apatah
tetap
Apatah tak bersalin rup
Apatah boga
sepanjang masa
Contoh
epifora
Kalau kau
mau, aku akan datang.
Jika kau kehendaki , aku akan datang
Jika kau minta, aku akan datang.
KLIMAKS:
Gaya
bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat
Contoh:
Bukan hanya beratus, beribu, malah
berjuta orang yang telah menderita akibat peperangan.
ANTIKLIMAKS:
Gaya
bahasa yang mengandung gagasan dari urutan terpenting menuju gagasan yang
kurang penting.
Contoh:
Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, dan
kini anaknya, semua tak luput dari penyakit keturunan itu.
TAUTOLOGI:
Mengulang
beberapa kata yang bersinonim berturut-turut dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Kehendak
dan keinginan kami ialah supaya ia menjadi orang yang berguna.
Tidak,
tidak mungkin dia akan melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan nama baik
keluarga.
INVERSI:
Predikat
kalimat lebih dipentingkan daripada subyeknya.
Contoh:
Besar
sekali gajinya.
Tak
terkabul permintaannya.
RETORIS:
Menggunakan
kata tanya yang sebenarnya tidak perlu jawaban. (biasanya bersifat
kesangsian/mengejek.
Contoh:
Mana
mungkin orang mati hidup kembali?
Memang
engkau mau dikatakan anak durhaka?
KOREKSIO:
Membetulkan
kembali hal yang sudah diucapkan dengan sengaja/tidak.
Contoh:
Silakan
pulang kawan-kawan, eh maaf silakan makan.
Ayah ada
di dapur, ah bukan, di kamar mandi.
INTERUPSI:
Majas
penegasan yang menggunakan sisipan kata/frasa di tengah-tengah kalimat pokok.
Contoh:
Tiba-tiba
ia- suami itu- direbut oleh perempuan lain.
Aku- kalau
bukan terpaksa- takkan mau melakukan pekerjaan ini.
ASINDENTON:
Beberapa
hal/keadaan/benda disebut berturut-turut tanpa mempergunakan kata penghubung
Contoh:
Kain-kain,
barang pecah belah, mainan anak-anak semua dijual di toko itu.
MAJAS PERTENTANGAN:
1. Paradoks
2. Antitesis
3. kontradiksio
interminis
4. anakronisme:
PARADOKS:
Majas yang
mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada
Contoh:
Gajinya
besar tetapi hidupnya melarat.
Dia kaya
tetapi miskin.
ANTITESIS:
Menggunakan
paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh:
Tua muda,
besar kecil, pria wanita hadir dalam pertunjukan itu.
Hidup,
mati, senang susahnya akan dihadapi berdua.
KONTRADIKSIO INTERMINIS:
Menyatakan
sesuatu yang bertentangan dengan hal yang sudah diungkapkan semula.
Contoh:
Semua
sudah hadir, kecuali Si Maman.
Di dalam
kamar itu hening. Tiada seorang pun di antara kami yang berkata kata. Hanya jam
diding yang berdetak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar